Tari Kakebyaran Samahita Patni Sekaa Gong Kebyar Bala Adhikara Desa Dawan Kaler Tampil di PKB XLIII

Penata Tari : I Made Dendi Dwi Karyana, S. SnPenata Karawitan :I Gede Janu Merthayasa, S. SnPemaknaan ritual sebagai dasar wujud syukur kesucian Tuhan dengan berlandaskan air sebagai saksi pengabdian dan cinta kasih. Terinspirasi dari tradisi mendak toya sebagai wujud syukur masyarakat pertanian atau subak atas karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan, penata merepresentasikankan ide tersebut ke dalam wujud karya tari bebarisan yang memiliki karakter gagah, sigap dan cekatan dengan judul “Balaning Amreta”.

Penata Tabuh : I Putu Tiodore Adibawa, S.Sn.,M.Sn.Transformasi konsepsi Turunnya Hujan ketika Kesanga mengantarkan pada tafsir karya dengan interpretasi jatuhnya air tidak beraturan, berbentur, beriak penuh kekuatan. Hujan memberi anugerah tak terduga mengalir memenuhi ruang, Membentuk imaginasi dari sebuah situasi air yang terjatuh.

Penata Tari : Luh Gede Krisna Widya Dewi, S. SnPenata Karawitan : I Putu Tiodore Adibawa, S. Sn., M. SnBegitu tenang menghanyutkan, terkadang gemericik bagai melodi musik, namun kuat tegas menghempas tanpa batas. Saat bertemu menyatu, memberi harapan untuk kelangsungan  hidup yang selalu ditunggu-tunggu. Campuh yang merupakan kata dasar dari campuhan adalah sebutan untuk tempat pertemuan muara sungai atau pertemuan air tawar dengan air laut. Kata campuhan juga memiliki arti campuran, perpaduan, persatuan unsur-unsur yang berbeda. Hal tersebut menstimulisasi penata untuk merepresentasikan karakter air campuhan ke dalam bentuk karya tari kreasi.

Penata tabuh: I Putu Swaryandana Ichi Oka, S. SnMengalir dari hulu ke hilir, bermuara di laut lepas. Tenang, deras, bergelombang, tukad Yeh Lamuk menopang kehidupan agraris masyarakat di tujuh banjar di Desa Tangguntiti. Fenomena tersebut menjadi landasan ide dalam pengorganisasian elemen musikal berdasarkan intuisi komponis, tanpa mengesampingkan gegulak lelambatan yang telah mengakar pada ansambel Gong Kebyar. Konsistensi yang merupakan esensi dari gending lelambatan, menjadi hal mendasar yang diaplikasikan pada struktur kolotomik, isen-isen pepayasan, dan matra gending.

Penata Tabuh: I Putu Purwwangsa Nagara, S.Sn.Perspektif komposisi menjadi pijakan karya sebagai wujud sebuah abstraksi pikiran yang belum terbendung sebelumnya. Secara konseptual berpijak dari karya yang sudah lahir sebelumnya. Musikalitas teknik kekaryaan mengalir seperti air yang mengisi setiap sudut ruang renggang. Gambur Anglayang sebagai analogi ruang renggang yang ornamentasi musikalnya adalah interpretasi hiasan ruang yang memanipulasi renggang tersebut.

Pembina Tari : Komang Suarriati, S.SnPembina Karawitan: I Made Pasca Wirsutha, Putu Tegeh Kertiyasa, S.Pd Gebyar Buleleng Dabgub Enjung atau lebih dikenal dengan sebutan Kebyar Legong diciptakan oleh I Wayan Paraupan atau lebih dikenal dengan sapaan Pan Wandres. Tari ini merupakan cikal bakal lahirnya tari Trunajaya saat ini. Gede Manik adalah penari pertama dari tari Kebyar Legong yang diciptakan sekitar tahun 1930-an. Tari ini adakah tarian yang cukup kompleks karena memasukan berbagai vokabuler gerakan tari yang terbingkai dalam format kebyar secara musikalitas.pada saat ini, Gede Manik menunjukan jati dirinya sebagai seorang kreator tari. Berorientasi dari tari Kebyar Legong yang sering dibawakannya, ia menggagas karya tari Kebyar Legong versi lain. lebih pendek durasinya namun tetap menunjukan karakteristik tari yang dinamis. tari yang bernuansa gelora taruna nan heroik ini tidak mempunyai nama, hanya dikenal sebagai tari kebyar Dangin Enjung. Pada suatu hari, tahun 1950, ketika ditampilkan didepan Bung Karno dan tamu-tamunya disebuah hotel di Denpasar, presiden yang dikenal sebagai penyayang seni itu tak menyembunyikan ekspresinya takjubnya terhadap pentas tari yang begitu energik dengan dukungan tatabuhan gambelan yang gegap membuncah.