Pesta Kesenian Bali - PKB XLIV 2022

Pesta Kesenian Bali - PKB XLIV 2022, Tari Kreasi 'SONGKET' Sekaa Gong Kebyar Semara Geger, Duta Kabupaten Karangasem

Senin, 04 Jul 2022

Penata Tari: I Gede Gusman Adi Gunawan, S.St
Penata Karawitan: I Made Subandi, S.Sn
Pembina Tabuh: I Ketut Agus Angrama, S.Sn
Penata Kostum: Ni Made Kinten
Penata Vokal: I Gede Anom Ranuara
Koordinator: I Ketut Agus Angrama, S.Sn
Penanggungjawab: Penglingsir Pura Penataran Banjar Adat Wangsihan dan Kelian Banjar Adat Wangsihan

Keberagaman dari berbagai bentuk jenis dan benang yang diwarnai terjalin menjadi satu kesatuan yang harmonis, sehingga terwujud keindahan rupa pada kain songket. Seandainya kehidupan manusia yang dilatar belakangi dari berbagai suku, bangsa, adat, agama atau keyakinan, bisa meniru berbagai jalinan benang yang dimasukkan kedalam air yang berisikan sat pewarna (dicelup) akan terbentuk suatu kesatuan kain yang sungguh indah di dunia ini. Ketika terbingkai atau terjalin keberagaman yang harmonis, damai, dan intim, sehingga akan terwujud dimana dunia ini dinamakan “Danu Kerthi” Huluing Amerta (Memuliakan Air Sumber Kehidupan).

video terkait

Pesta Kesenian Bali - PKB XLIV 2022, Parade Arja Klasik 'SWADARMANING SUPUTRA' Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, Duta Kota Denpasar

Parade Arja Klasik, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Duta Kota Denpasar“SWADARMANING SUPUTRA”Diceritakan di kerajaan Swana Gangga tersebutlah dua bersaudara Galuh Diah Agra Manik dan adiknya Mantri Manis yang bernama Raden Wijaya Sena, ibu mereka telah tiada dan ayahnya pergi berguru sastra. Diceritakan di kerajaan Goa Maya, Prabu Sureng Rana (Mantri Buduh) belajar berguru sastra kepada Bhagawan Dharma Sakti. Prabu Sureng Rana belajar bersama sama dengan Liku yang bernama Diah Ulakesa. Setelah tamat belajar, Sang Prabu Sureng Rana ke Dharma Putra atau nyentana memperistri Diah Ulakesa dan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Goa Maya. Sementara di kerajaan di kerajaan Swarna Gangga Mantri Manis berkeinginan mencari ayahnya yang sedang berguru sastra. Setelah bertemu dengan Mantri Buduh (ayahnya), Mantri Manis tidak diakui sebagai anak dan atas perintah Liku Dyah Ulakesa Mantri Manis dibunuh dan berita itupun sampai kepada Galuh Diah Agra Manik. Setelah Diah Agra Manik mengetahui adiknya telah dibunuh maka Diah Argra Manik dengan kesedihannya ingin mengkhiri hidupnya, tetapi dengan kedatangan Bhagawan Dharma Sakti yang memercikkan Tirta Sanjiwa (air kehidupan) akhirnya Raden Wijaya Sena hidup kembali dan ayahnya Prabu Surang Rana Akhirnya sadar dan mengakui Raden Sureng Rana sebagai anaknya.

Pesta Kesenian Bali - PKB XLIV 2022, Calonarang 'Madri Duta', Sanggar Seni Calonarang (GABOS) Desa Bongkasa Badung

Pada masa kejayaan Prabu Erlangga sebagai raja di kerajan Daha, ada salah satu keinginnannya untuk mempersunting anak dari Calonarang yang bernama Diah Ratna Manggali. Parasnya sangat cantik nan ayu, tuturnya alus dan kelakuannya baik sekali. Sangat berbeda dengan ibunya Calonarang, dia adalah seorang pengganut ilmu hitam pemuja setia Dewi Durga yg sangat kejam. Sangat banyak masyarakat yang menjadi korban kekejamannya, untuk memuaskan nafsu dan keganasannya dalam mempelajari ilmu hitam tersebut.Mulai dari orang tua, remaja, anak- anak, bahkan balita masih lahirpun tidak luput dijadikan tumbal olehnya.Oleh karena itu terjadilah polemik di kerajaan Daha. Banyak masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan sang raja yang ingin mempersunting anak dari calonarang tersebut. Maka dari itu diadakanlah rapat antara petinggi- petinggi dari kerajaan, yang menghasilkan keputusan untuk membatalkan lamaran sang raja yang sudah beliau ucapkan sebelumnya kepada Calonarang. Keputusan tersebut di tuangkan kedalam surat dan salah satu patih Erlangga yang bernama Rakrean Madri sebagai pengantarnya.Kedatangan Madri membawa surat tersebut ke Dirah dimana tempat Calonarang tinggal. Dibatalkannya pernikahan tersebut membuat harga dirinya terhina sehingga dia sangat murka, sehingga calonarang berjanji akan menghancurkan kerajaan Daha. Pengampunan kepada Rakrean Madri terlontar untuknya, mengingat bahwa dia adalah seorang utusan. Namun pengampunan tersebut tidak terindahkan oleh murid calonarang yang bernama Ni Rarung, yang menghadang Rakrean Madri di tengah jalan sehingga pertarunganpun tidak terhindarkan. Dalam pertarungan tersebut Ni Rarung dengan kekuatan ilmu hitamnya berubah wujud menjadi seekor Garuda Raksasa, sehingga membuat Rakrean Madri terbunuh.