Pada penutupan gelaran Lomba Barong Ket dan Mekendang Tunggal Kota Denpasar, di Dharma Negara Alaya Denpasar, Sabtu (22/10/2022) malam. Menjadi momentum yang tepat untuk mengenalkan tarian yang dulu menjadi tarian favorit dari Maestro Tari, Ni Pollog. Diawali dengan pemutaran film Dokumenter berjudul ‘Ni Pollok – Satyaning Kahuripan’ berdurasi 15 menit menjadi pengantar untuk penonton sebelum akhirnya diajak untuk menyaksikan tarian Palegongan Bapang Durga. Film Dokumenter Ni Nyoman Pollog tersebut saganing kauripan tersebut diartikan beliau membaktikan dirinya didalam melestarikan legong tersebut ujar Kepala Bidang Dokumentasi, Perfilman, dan Permuseuman, Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Denpasar, Anak Agung Gede Agung Dharma Putra, Sabtu (22/10/2022) malam.Penampilan kemudian diawali dengan satu orang wanita membawa pengasepan dan Jero Mangku memercikkan tirta (air suci) sebagai simbol peminta restu kepada leluhur. Tarian yang biasa di tarikan oleh dua orang penari, kali ini dikemas berbeda oleh Ni Ketut Arini bersama empat muridnya yang juga diiringi oleh Sekaa Gong Dinas Kebudayaan Panca Sanak.Selama 12 menit, terlihat Ni Ketut Arini menumpahkan segala gerak tari melalui, gerak kaki, tangan, jemari hingga sudut mata dengan sempurna. Walau saat ini genap berusia 79 tahun, ia mampu melakoni tarian tersebut dengan senyumnya yang masih terlihat manis hingga akhir.Puncak pementasan Palegongan Bapang Durga berupa adegan kerauhan (kerasukan, Red) saat penari telah selesai melakukan pementasan. Ke empat penari dari murid Ni Ketut Arini berteriak sontak membuat penonton ketakutan. Namun, adegan ini tidak berlangsung lama setelah Jero Mangku memercikkan air tirta kepada penari.Peninggalan Ni Pollog berupa Gelungan Telah menjadi sungsungan di Pura Dalam Prajurit, untuk gelungan sanghyang legong berada dipura dalam telungkup, ujar I Made astika selaku Cucu dari Ni Pollog. Reporter : RikhaVideographer : Windu SwastikaArtikel selengkapnya : http://bit.ly/40cRj8W