Ada beberapa cara penyucian diri yang dapat dilakukan seorang Hindu baik secara skala maupun niskala. Malukat merupakan tingkatan penyucian diri yang paling sederhana. Selain Melukat, ada pula Mawinten, yakni penyucian diri dalam tataran yang lebih tinggi.
Seorang Hindu yang terlahir di dunia ini wajib hukumnya untuk mengikuti Pawintenan Saraswati. Yang mana, makna dari Pawintenan Saraswati tersebut adalah untuk membersihkan diri seseorang dari segala hal buruk, termasuk ketika memasuki tempat suci, dan saat ngayah di tempat suci. Pawintenan Saraswati juga merupakan penyucian diri melalui pemujaan terhadap Dewi Saraswati yang merupakan sakti Dewa Brahma agar tubuh seseorang siap menerima segala pengetahuan yang diturunkan Sang Hyang Aji Saraswati.
Namun, dalam Pawintenan, ada pula batasan-batasan yang perlu diperhatikan, yakni terkait dengan jenis-jenis Pawintenan itu sendiri. Pawintenan ada banyak jenisnya, Menurut Ida Mas Dalem Segara, ada pun beberapa jenis-jenis Pawintenan yaitu, Pawintenan Kepemangkuan, Pawintenan Panca Rsi, Pawintenan Dasa Guna, Pawintenan Ganapati, juga Pawintenan Bhairawa, yang memiliki konteks berbeda-beda.
Dalam konteks Pawintenan Saraswati menurut Ida Mas Dalem Segara, peserta dari segala umur boleh mengikutinya. Bahkan, sangat dianjurkan untuk wanita yang sedang hamil, agar si jabang bayi telah bersih sedari dalam kandungan.
Upakara/banten yang digunakan dalam Pawintenan Saraswati ini berupa, Banten Saraswati dan Pregémbal. Beberapa proses dari upacara Mawinten tersebut, antara lain; Pengeresikan, yaitu natab prayascita durmanggala, pengulapan, atau pabiakaonan. Lalu, dilanjutkan dengan pengelukatan atau pembersihan dari hal-hal buruk dengan tirta. Setelah itu, pamilet dirajah dengan aksara-aksara suci dengan batang sirih di bagian kening, lidah, dan tangan, agar pamilet senantiasa berpikir, berucap, dan berbuat yang baik.
Setelah dirajah, pamilet natab upakara Pawintenan, yang dilanjutkan dengan merasakan Sad Rasa, yakni bahan makanan yang terdiri dari 6 rasa (manis, asam, asin, pahit, sepat, dan pedas) yang menggambarkan berbagai rasa dalam menjalani kehidupan. Terakhir, totol bebek totol ayam di kening para pamilet sebagai simbol bahwa orang tersebut telah mengikuti upacara Pawintenan dengan lancar.
Setelah melakukan upacara Paweintenan ini, pamilet diharapkan dapat membawa diri dengan lebih baik dan mengurangi perbuatan buruk dalam keseharian.
Reporter : Putri Handayani
Videoeditor : Sadri