Warga Kota Denpasar tampaknya sangat antusias melihat langsung penampilan ogoh-ogoh yowana di Banjar Tainsiat dan Banjar Gemeh, Desa Adat Denpasar, dalam menyambut Nyepi tahun 2022 Tahun Baru Saka 1944.
Ogoh-ogoh Kepet Agung karya ST Yowana Saka Bhuwana, Banjar Tainsiat, menjulang sekitar 8 meter tampak futuristik dengan kipas menyerupai sayap yang dapat bergerak di belakangnya. Menurut Komang Gede Sentana Putra alias Kedux Garage, konseptor Ogoh-ogoh Kepet Agung, Kepet Agung itu artinya adalah kipas yang besar, filosofinya adalah memberi kesejukan. Kedux mengatakan, filosofi kipas didasari situasi menjelang Nyepi tahun ini yang penuh ketidakpastian terkait boleh tidaknya pengarakan ogoh-ogoh yang membuat masyarakat terutama para yowana menjadi bingung.
Sementara Ogoh-ogoh Pasung Maya yang konsepnya dibuat seniman Banjar Gemeh, Marmar Herayukti, tampak unik karena leher ogoh-ogoh terputus tanpa kepala, sementara di sekitarnya banyak kepala seolah-olah mengelilingi ogoh-ogoh. Marmar mengatakan, Pasung Maya didasarkan pada kisah Maya Raksa yang dijuluki Prabu Sastrapisuna yang menguasai dunia maya-maya (tak nyata). Dikisahkan Maya Raksa sangat ingin melebarkan kekuasaannya di dunia nyata. Maya Raksa menempuh tapa semandi selama bertahun-tahun hingga akhirnya dianugerahkan sebuah kesaktian yang mampu memanipulasi setiap kenyataan, menariknya ke dunia maya. Secara perlahan Maya Raksa mengambil alih setiap 'kepandaian' dan 'keberanian'. Dia seolah menjadi sumber setiap kecerdasan yang sesungguhnya tidak teguh kebenarannya.